Kesenian Gandrung merupakan ibu dari kesenian lainnya yang ada di Banyumas. Pada usia 10 tahun para wanita mulai menarikannya. Tarian Gandrungan juga biasanya dibawakan oleh penari pria atu biasa disebut Gandrung Lanang, para lelaki itu menari menggunakan pakaian tarian wanita pada umumnya.
Akan tetapi kesenian Gandrung saat ini sulit untuk kita dapat jumpai, kesenian ini juga hampir punah. Di Banyumas sendiri tariann Gandrungan juga sulit untuk dapat kita jumpai. Wlaupun sebenarnya tarian ini merupakan salah satu kesenian yang dulunya banyak di gemari olah masyarakat banyumas pada umumnya. Akan tetapi semakin berkembangnya jaman kesenian ini juga dikatagorikan sebagai tarian yang hanya menjual kemolekan dari tubuh para penarinnya. Sehingga tidak banyak generasi muda yang ingin melestarikannya.
Kesenian Gandrung berfungsi sebagai tarian pergaulan sama halnya seperti tarian lainnya. Akan tetapi Gandrungan mempunyai ciri tersendiri dari tata letak gerakanya, dan alat musik untuk mengiringinya.
Ada tiga tahap dalam Tarian Gndrungan :
- Tahap pertama adalah Jejer Gandrung pada tahap ini penari menarikannya sendri dengan lagu yang dibawkannya ( lagu podo Nonton ) dan diiringi oleh alt musik tradisionalnya.
- Tahap kedua adalah Pacu Gandrung pada saat ini penari harus melayani tamu satu persatu. Disinilah para penari harus sabar dalam menghadapi para tamu. Karen kadang kala ada juga para tamu yang menunjukkan norma yang tidak wajar kepda penari. Dan ini juga merupakan salah satu sebab para pemuda enggan untuk melestarikan tari gandrungan ini.
- Tahap ketiga adalah Sublek Sungkem dalam tahap ini penari membawakan tarian yang dibawakan dengan maksud permohonan maaf atas tarian yang telah dibawakannya semalaman itu.
Untuk menghindari kepunahan dalam Kesenian Gandrungan ini banyak para seniman yang melestarikannya dengan mendirikan sekolah kursus untuk tarian Gandrungan dan tarian dari Banyumas yang lainnnya dalam yang sifatnya formal maupun biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar