Selasa, 29 Desember 2009
Pertunjukan Boneka Si Gale – gale
Pertunjukan kesenian boneka sigale-gale sudah ada sejak jaman dulu. Tarian ini sangat religius. Taarian ini biasanya dilakukan saat upacara kematian, dimana keluarga yang mengadakan upacara ini tidak memiliki anak laki – laki. Si Gale-gale adalah seperangkat patung dan topeng yang bisa dimainkan. Si Gale-gale dimainkan oleh seorang dalang dengan gerak-gerak tertentu. Seni gerak, atau yang lebih lazim disebut seni tari wayang Si Gale-gale dikenal sebagai tari Tortor. Sambil menggerak-gerakkan boneka dalam gaya tari Tortor. Ki Dalang bercerita. Dalam gerak dan cerita yang terpadu itulah dalang menggambarkan dan memaparkan jiwa dan kepribadian Putra Batak yang dilandasi ajaran Sisingamangaraja. Dengan perkataan lain Si Galegale itu memegang peranan sebagai wahana untuk mengungkapkan kembali, juga menyampaikan kembali, dan sekaligus, melestarikan ajaran Sisingamangaraja agar tetap diingat, dihayati, dan diamalkan oleh putra Tapanuli di mana pun mereka berada.
Intisari ajaran atau wejangan Sisingamangaraja tersirat dan sekaligus tersirat dalam ungkapan Dalihan na Tolu. Kata dafthan, rasanya mirip dengan kata dalih dalam bahasa Indonesia, yang secara etimologis dekat dengan bahasa Jawa Galih, yang di samping punya arti alasan, juga mengandung makna : dasar, inti, inti persoalan, dan juga asas. Dengan demikian kata mutiara dalam bahasa Batak itu dapat diartikan sebagai Dasar atau Asas yang Tiga. Bahkan kadang-kadang orang Batak sendiri menterjemahkannya secara sederhana: Dalihan na Tolu artinya : Terungku atau Penyangga yang Tiga.
Terungku yang Tiga ialah gambaran jiwa dan semangat kekerabatan dalam masyarakat Batak, di mana unsur kekerabatannya terdiri dari tiga kelompok, yaitu: Dongan sa Butuha, Hulahula, dan Boru. Yang pertama berarti, kawan seperut atau saudara kandung. Yang kedua: seluruh keluarga pihak istri.
Yang ketiga: seluruh keluarga yang beristrikan keturunan saudara sekandung.
Ketiga unsur itu tidak boleh bersilang-sengketa. Harus bersatu-padu seperti yang tercermin dalam ungkapan-ungkapan:
(1) Manot mardongan sa Butuha, yang artinya: Jangan sembrono terhadap saudara sekandung.
(2) Somba marhula-hula, yang artinya: Sembahlah, atau hormatilah selalu keluarga pihak istri.
(3) Elek marboru, yang artinya: Sayangilah saudara perempua.
Dari pembahasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa tarian Si Gale-gale banyak mengandung arti. Dilihat dari nilai
Tanggung jawab:
Seorang anak laki –laki di daerah batak sangatlah dihormati dan dihargai oleh keluarganya, karena ia adalah tulang punggung sebuah keluarga. Sehingga tarian Si Gale-gale biasa dilakukan oleh keluarga yang dimana sebuah keluarga itu tidak memiliki anak laki-laki. Sehinga untuk menarikan tarian tortor yang biasa diadakan untuk upacara kematian dibuatlah boneka yang di sebut Si Gale-gale untuk mewakili ketidak adaanya seorang anak laki-laki.
Cinta dan kasih sayang:
- Dalam hal ini tarian si gale-gale juga mewakilkan perasaan orang tua yang sangat sayang dengan anaknya. Karena di dalam cerita tentang asal usul tarian si Gale-gale,di sebutkan bahwa sebuah keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki dan saat anak mereka meninggal mereka ingin anaknya selalu tetep hidup di hati mereka. Maka dari itulah mereka membuat patung boneka si gale-gale untuk mengingatkan mereka dengan sang anak.
- Dalam hal ini tarian Si gale-gale juga mengandung nilai kasih sayang dan cinta. Dimana dalam hal ini tarian Si Gale-gale menggambarkan sebuah kasih sayang dan penghormatan seoran anak kepada orang tua yang teah meninggal dengan menarikan sebuah tarian tortor. Yang biasa dibawakan untuk menghantarkan arwah seseorang yang telah meninggal. Dan merka percaya jika tarian ini dilakuakan maka arwah orang yang meninggal itu dapat senang dialamnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar