Hari ini tanggal 22 Desember 2008 kita memperingati Hari Ibu yang dirayakan secara nasional. Di beberapa negara juga terdapat peringatan Hari Ibu yang lebih dikenal dengan nama Mother’s Day. Walaupun ada perbedaan hari seperti di Amerika dan Kanada merayakan Hari Ibu pada hari Minggu di minggu kedua bulan Mei, namun maknanya tetap sama. Kata ibu disini mencangkup Ibu, Nenek maupun Calon Ibu.
Sejarah hari ibu di indonesia sendiri dimulai dengan diadakannya kongres pertama organisasi-organisasi wanita di Jogjakarta pada tanggal 22 Desember 1928. Kongres perempuan ini kini dikenal dengan nama Kongres Wanita Indonesia. Organisasi perempuan sendiri sudah bermula sejak 1912 yang terilhami oleh pejuang wanita nasional seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain. ( sumber : http://yulian.firdaus.or.id/2004/12/22/sejarah-hari-ibu/ )
Jadi jelas kongres perempuan ini bertujuan atau memiliki makna untuk ikut mengambil bagian dalam pergerakan nasional. Saat ini Indonesia sudah merdeka namun wanita selalu mengambil bagian dalam rangka pembangunan nasional. Di susunan kabinet menteri sudah sering wanita menduduki posisi menteri, bahkan menjadi presiden RI ke-5, yaitu Megawati Soekarno Putri. Peran wanita dalam pemerintahan pusat maupun daerah juga tidak dapat dipungkiri.
Ditengah keterbatasan wanita, ternyata wanita mampu untuk ikut berpartisipasi dalam dominasi dunia pria di Indonesia. Kita sudah sering melihat prestasi wanita dalam berbagai bidang seperti politik, sosial, teknologi, maupun olah raga. Walaupun masih banyak orang yang merendahkan kaum wanita namun mereka tetap dapat menunjukkan eksistensinya dalam berbagai bidang. Jika demikian apakah kita pantas untuk merendahkan martabat kaum wanita?
Terlepas dari peran serta wanita dalam berbagai bidang, hendaknya kita memaknai Hari Ibu karena peran besarnya dalam melahirkan dan merawat kita sehingga menjadi pribadi yang besar saat ini. Seringkali kita melihat di samping pemimpin besar selalu ada wanita yang tangguh. Baik sebagai istri maupun sebagai Ibu kita akan selalu melihat fenomena ini di Dunia. Jadi kita hendaknya harus selalu menghormati kaum wanita karena peran besar seorang Ibu yang tak dapat digantikan oleh kaum pria yaitu melahirkan Anak. Tanpa beliau kita tidak ada di muka bumi ini.
Mario Teguh menyebutkan dalam Golden Ways, hanya dengan memikirkan atau mengucapkan kata ibu maka kita langsung teringat dengan jasa Ibu kita, membuat diri kita terenyuh dan berpikir apakah saya sudah berbuat baik untuk membalas jasa besar Ibu kita? Jasa ibu sendiri tidak bisa kita gantikan dalam kehidupan ini.
Sebagai anak maka patutlah bagi kita untuk mendengarkan nasehat beliau dan merawat beliau kelak ketika sudah berumur. Sebagai seorang suami maka hendaknya suami selalu menghormati pendapat istri dan tidak menganggap rendah istrinya sehingga melakukan kekerasan rumah tangga karena kelemahan wanita.
Marilah kita memaknai Hari Ibu ini dengan lebih menghormati jasa dan peran wanita dalam hidup kita.
Selasa, 29 Desember 2009
Pertunjukan Boneka Si Gale – gale
Pertunjukan kesenian boneka sigale-gale sudah ada sejak jaman dulu. Tarian ini sangat religius. Taarian ini biasanya dilakukan saat upacara kematian, dimana keluarga yang mengadakan upacara ini tidak memiliki anak laki – laki. Si Gale-gale adalah seperangkat patung dan topeng yang bisa dimainkan. Si Gale-gale dimainkan oleh seorang dalang dengan gerak-gerak tertentu. Seni gerak, atau yang lebih lazim disebut seni tari wayang Si Gale-gale dikenal sebagai tari Tortor. Sambil menggerak-gerakkan boneka dalam gaya tari Tortor. Ki Dalang bercerita. Dalam gerak dan cerita yang terpadu itulah dalang menggambarkan dan memaparkan jiwa dan kepribadian Putra Batak yang dilandasi ajaran Sisingamangaraja. Dengan perkataan lain Si Galegale itu memegang peranan sebagai wahana untuk mengungkapkan kembali, juga menyampaikan kembali, dan sekaligus, melestarikan ajaran Sisingamangaraja agar tetap diingat, dihayati, dan diamalkan oleh putra Tapanuli di mana pun mereka berada.
Intisari ajaran atau wejangan Sisingamangaraja tersirat dan sekaligus tersirat dalam ungkapan Dalihan na Tolu. Kata dafthan, rasanya mirip dengan kata dalih dalam bahasa Indonesia, yang secara etimologis dekat dengan bahasa Jawa Galih, yang di samping punya arti alasan, juga mengandung makna : dasar, inti, inti persoalan, dan juga asas. Dengan demikian kata mutiara dalam bahasa Batak itu dapat diartikan sebagai Dasar atau Asas yang Tiga. Bahkan kadang-kadang orang Batak sendiri menterjemahkannya secara sederhana: Dalihan na Tolu artinya : Terungku atau Penyangga yang Tiga.
Terungku yang Tiga ialah gambaran jiwa dan semangat kekerabatan dalam masyarakat Batak, di mana unsur kekerabatannya terdiri dari tiga kelompok, yaitu: Dongan sa Butuha, Hulahula, dan Boru. Yang pertama berarti, kawan seperut atau saudara kandung. Yang kedua: seluruh keluarga pihak istri.
Yang ketiga: seluruh keluarga yang beristrikan keturunan saudara sekandung.
Ketiga unsur itu tidak boleh bersilang-sengketa. Harus bersatu-padu seperti yang tercermin dalam ungkapan-ungkapan:
(1) Manot mardongan sa Butuha, yang artinya: Jangan sembrono terhadap saudara sekandung.
(2) Somba marhula-hula, yang artinya: Sembahlah, atau hormatilah selalu keluarga pihak istri.
(3) Elek marboru, yang artinya: Sayangilah saudara perempua.
Dari pembahasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa tarian Si Gale-gale banyak mengandung arti. Dilihat dari nilai
Tanggung jawab:
Seorang anak laki –laki di daerah batak sangatlah dihormati dan dihargai oleh keluarganya, karena ia adalah tulang punggung sebuah keluarga. Sehingga tarian Si Gale-gale biasa dilakukan oleh keluarga yang dimana sebuah keluarga itu tidak memiliki anak laki-laki. Sehinga untuk menarikan tarian tortor yang biasa diadakan untuk upacara kematian dibuatlah boneka yang di sebut Si Gale-gale untuk mewakili ketidak adaanya seorang anak laki-laki.
Cinta dan kasih sayang:
- Dalam hal ini tarian si gale-gale juga mewakilkan perasaan orang tua yang sangat sayang dengan anaknya. Karena di dalam cerita tentang asal usul tarian si Gale-gale,di sebutkan bahwa sebuah keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki dan saat anak mereka meninggal mereka ingin anaknya selalu tetep hidup di hati mereka. Maka dari itulah mereka membuat patung boneka si gale-gale untuk mengingatkan mereka dengan sang anak.
- Dalam hal ini tarian Si gale-gale juga mengandung nilai kasih sayang dan cinta. Dimana dalam hal ini tarian Si Gale-gale menggambarkan sebuah kasih sayang dan penghormatan seoran anak kepada orang tua yang teah meninggal dengan menarikan sebuah tarian tortor. Yang biasa dibawakan untuk menghantarkan arwah seseorang yang telah meninggal. Dan merka percaya jika tarian ini dilakuakan maka arwah orang yang meninggal itu dapat senang dialamnya.
Langganan:
Postingan (Atom)